Sabtu, 01 September 2012

Rico Dan Upacara Hari Senin


Namanya Rico. Umur 10 tahun, suka baca komik Kariage-Kun, suka main lego, suka makan, berat badan 65 kg, dan semua ukuran pakaiannya LL. Haha.. Rico ini murid saya dan sudah tiga tahun saya menjadi guru les sekaligus teman curhat. Saya bertemu Rico pertama kali di sekolahnya. Waktu itu saya sedang mengikuti praktek minor psikologi pendidikan. Selama praktek, saya diwajibkan menangani satu kasus yang berkaitan dengan psikologi pendidikan.

Setelah melakukan observasi, wawancara, dan mempelajari data-data dari sekolah, saya disarankan menangani Rico dengan kasus underachievement. Mengapa demikian? Karena ternyata Rico memiliki IQ yang cukup tinggi namun mengalami kesulitan dalam mengaktualkan potensi yang dia miliki. Kalau tidak salah, Rico memiliki skor IQ 125/127 (saya agak lupa) namun prestasi di sekolah tidak menunjukkan potensi yang seharusnya. Dia berada di peringkat bawah. Aneh ya?!

Saya dan Rico langsung cocok, dan setelah penelitian berakhir, Mamanya meminta saya menjadi guru les Rico-mengingat Rico tidak mudah dekat dengan orang baru. Dan, sampai hari ini.

Baru-baru ini saya mendapat cerita dari Rico. Beginilah kisahnya, mari kita simak. Di suatu Senin, Rico lupa membawa topi dan dasi padahal dia harus mengikuti upacara. Bukan Rico namanya kalau tak banyak akal. Entahlah, padahal sebenarnya mudah bagi dia untuk menelpon rumah dan meminta Pakde mengantar topi dan dasi ke sekolah. Tapi, dia tidak melakukannya. Dia duduk termangu, mencari akal, berusaha menemukan cara yang menurutnya bisa menjadi solusi. Dan, AHA!

Rico mengeluarkan buku dari dalam tas, menyobek kertas, dan mulai melakukan sesuatu. Dia membuat topi dan dasi dari kertas, lengkap dengan lencana dan nama sekolahnya. Diguntingnya topi dan dasi dengan rapi. Setelah keduanya jadi, Rico memakai topi dan memasang dasi dengan solatip. Topi dan dasi berwarna putih itu dirasa menjadi jalan keluar yang baik meski ia ditertawakan teman-temannya.

Semua murid memperhatikan saat Rico melenggang dengan santai menuju lapangan. Beberapa guru melontrakan kometar sambil tertawa, “Kamu kok kreatif banget sih?!”. Rico mengikuti upacara seperti tidak terjadi apa-apa. Dia berdiri di barisan depan dengan topi dan dasi warna putihnya, mengikuti upacara sampai selesai, dan akhirnya dia dipanggil guru. Rico dihukum.

“Kenapa aku dihukum?” tanya Rico.

“Karena kamu tidak pakai dasi dan topi,” ujar gurunya.

“Tapi aku pakai, ini topi dan dasiku,” sanggahnya.

“Rico, topi dan dasimu warnanya putih, bukan merah,” kata gurunya kemudian.

“Ya udah, aku warnai merah ya? Aku nggak jadi dihukum kan?”

“…..”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar