Kamis, 06 September 2012

Percakapan Nisa Dan Tetangga


Hmmm.. Masih ingat Nisa? Murid saya, 7 tahun, penyandang autis. 
Sejak bersekolah, progress Nisa sangat bagus. Interaksi dengan teman sebaya dan gurunya membuat dia memiliki kosakata-kosakata baru. Selain itu, Nisa jadi lebih fokus terhadap orang lain. Tidak seperti dulu, fokusnya hanya komputer.

Kemarin sore, seusai terapi Nisa tiba-tiba keluar dari rumah. Ya, masalah keluar dari rumah itu sangat berbahaya buat kita semua. Terutama ibunya, lantaran dulu Nisa pernah hilang di Jogja. Sore itu Mak Mi (pengasuhnya) sedang sibuk mengurus galon-galon air yang baru saja diantar. Saya sendiri masih membereskan materi-materi pelajaran Nisa. Tak seorang pun yang awas. Nisa menyelinap dari rumah diam-diam. Saya baru sadar ketika Mak Mi berteriak, "Bu Prima tolong itu Nisa keluar rumah!".

Saya berlari keluar dan berhenti mendadak di depan pagar. Nisa sedang berdiri di depan rumah tetangga. Tepat di depan rumah. Pemilik rumah sedang menyiram bunga. Nisa hanya memperhatikan. Lalu saya panggil dia, "Nisa, kemari!". Nisa tidak menghiraukan perintah saya. Saya pun menghampirinya.

Lalu tetangga itu bertanya, "Hai Nisa, kamu kelas berapa?". Nisa langsung menjawab, "Kelas satu!". Saya terkejut bukan main. Nisa berkomunikasi dengan orang asing yang belum ia kenal tanpa canggung. Tanpa membeo (echolalia). Seorang pria pula. Ini sungguh luar biasa. Tak sadar saya menitikkan airmata. Sampai di rumah saya peluk dia sambil berbisik, "Anak pintar!"

Malamnya, saya ngobrol dengan ibunya. Saya ceritakan kejadian sore hari yang membuat saya terkejut. Ibunya tak kalah terkejut. Namun masih ada sedikit bimbang. Saya jelaskan pelan-pelan bahwa Nisa sudah beranjak dewasa. Bagaimanapun juga dia butuh berinteraksi dengan orang lain seperti orang kebanyakan. Dia harus berlatih mengenal kondisi sekitar rumah. Lingkungannya yang terdekat. Hal ini akan sangat membantunya di kemudian hari.

Ibu Nisa masih takut keberadaan Nisa mengganggu orang lain. Ya, kendali perilaku memang masih kurang. Lebih-lebih kalau dia melihat gadget. Bisa langsung direbut. Tapi saya pikir, semua bisa diatasi. 

Saya senang. Cukup puas. Meski belum teramat puas dengan progress yang ada. Namun, kejadian ini membuat saya lebih semangat untuk menjadikan Nisa lebih baik lagi dari sekarang. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar