Rabu, 30 Januari 2013

Kolaborasi

Masih ingat Nisa? Ya, klien saya yang berusia tujuh tahun dan seorang penyandang autis. Nisa suka sekali menggambar. Gambarnya bisa dibilang bagus karena Nisa tergolong anak yang menggambar tanpa pengulangan garis atau melakukan penghapusan. Nah, masalahnya dulu, Nisa hanya menggambar bagian-bagian benda saja. Antara gambar satu dengan yang lainnya tidak berkesinambungan. 

Belakangan, sejak saya bawakan dia buku-buku cerita bergambar yang kami baca setiap sore, ada kemajuan yang signifikan dalam gambar-gambarnya. Nisa mulai menggambar sesuatu yang bisa dinarasikan sebagai sebuah cerita. Ia jarang menggambar obyek-obyek yang sifatnya berdiri sendiri. 

Saya terkejut ketika menemukan gambar-gambar di lacinya, lalu saya ajak dia mewarnai. Tapi, Nisa menolak. Akhirnya, saya yang mewarnai dengan komando dari dia. Hampir semua warna adalah pilihan Nisa. Yuk kita lihat hasil karya Nisa yang saya abadikan kemarin sore.

Guruh & Ikbal (nama teman sekelas Nisa)

Salju di Hari Natal


Dua ekor kodok betina

Siluman kerbau dan peri :p

Nisa & Dany piknik ke pantai


Senin, 07 Januari 2013

Si Sulung Regresi?

Kelahiran saudara kandung bukan hal sepele bagi anak-anak. Apalagi bila jarak usia tidak begitu jauh. Idealnya jarak kelahiran adalah empat atau lima tahun. Jarak kelahiran yang lebih dekat dari itu biasanya menimbulkan 'masalah' bila kelahiran adik tidak dipersiapkan dengan baik.

Seorang teman baik tiba-tiba mengajak saya ngobrol tentang anak perempuannya yang cengeng. Hubungan dengan adiknya baik, meski kadang-kadang mereka terlibat permusuhan sengit. Si kakak lebih sering menangis dan minta perlindungan pada ibu. Regresi tampak lebih jelas di tahun-tahun belakangan ini.

Kenapa sih kakak menjadi regresi? Karena kakak melihat perilaku orangtua yang cenderung melindungi adik yang secara biologis masih lemah (sebagai anak yang lebih muda). Kakak yang merasa cemburu akhirnya berusaha mencari perhatian dengan menjadi sosok yang lemah agar orangtua melindunginya. Cara menjadi lemah bisa bermacam-macam; bisa lebih cengeng dari sebelumnya, enuresis (ngompol), atau menjadi penakut. Hal-hal tersebut secara tidak sadar terjadi karena kebutuhan untuk dilindungi dan disayangi tinggi.

Menjadi anak sulung adalah kegagalan menjadi anak tunggal. Umumnya, anak sulung  dihujani  limpahan kasih sayang dari seluruh keluarga. Kehadiran adik-adik adalah mimpi buruk bagi anak-anak sulung. Apalagi ketika kehadiran adik berlangsung lebih cepat dari idealnya sehingga kakak harus berbagi banyak hal. 

Ada beberapa tips dari saya untuk mengantisipasi mencoloknya persaingan antar saudara kandung:
  1. Kenalkan adik selama masih dalam kandungan bahwa nantinya adik akan menjadi anggota dalam keluarga. Beri si sulung motivasi untuk menjadi kakak yang baik. Terus dukung untuk lebih mandiri. Ini tidak mudah. Ibu mungkin sibuk dengan kehamilannya, ayah sibuk bekerja, dan anak sulung tiba-tiba merasa kesepian.
  2. Jangan melulu menyalahkan kakak sebagai anak yang lebih besar ketika terjadi pertengkaran. Belum tentu segala insiden persaudaraan disebabkan oleh anak sulung. Kesalahan memberikan dakwaan, akan membuat anak sulung merasa tidak lagi diperhatikan. Dan 'dendam' muncul untuk adiknya.
  3. Jembatani interaksi kakak adik dengan permainan-permainan kerjasama, agar tidak ada persaingan. Rancanglah permainan yang bisa dilakukan bersama ketika adik sudah mulai besar. 
  4. Jangan membandingkan, misalnya menyebut adik lebih pintar dari kakak, baik di depan keduanya maupun orang lain. Semua anak punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. 
  5. Bersahabatlah dengan kakak, berikan perhatian yang lebih besar dari sebelumnya (sebelum punya adik). 


Jumat, 04 Januari 2013

Memahami Emosi


Minggu-minggu ini saya mengajak Nisa untuk belajar membaca emosi. Kenapa harus belajar membaca emosi? Karena anak-anak penyandang autis seperti Nisa menganggap 'wilayah emosi' sebagai tempat yang tidak terdaftar dalam kehidupan mereka. Mereka jarang mengekspresikan perasaan dengan benar. Satu waktu bisa menangis sambil tertawa, lain waktu bisa tertawa sendiri hanya karena stimulus yang kita anggap 'tidak lucu'. Efeknya bisa sangat dahsyat ketika hal ini dibiarkan, lebih-lebih ketika mereka mulai terjun di masyarakat.

Apa saja yang saya siapkan? Potongan-potongan bergambar kepala manusia yang saya gunting dari majalah-majalah bekas. Pelbagai emosi; tertawa, cemberut, menangis, tersenyum, marah, muram, dan lain sebagainya. Kemudian saya minta Nisa untuk memilih 5 gambar orang yang sedang tertawa atau tersenyum. Tawa atau senyum pada umumnya merupakan kespresi kebahagiaan. Setelah Nisa memilih 5 gambar, kemudian saya minta dia menempelkan di buku gunting-tempelnya.

Begitulah, cukup bagus kemajuannya, meski Nisa belum sepenuhnya mengenali mana ekspresi yang menunjukkan kegembiraan. Biasanya akan saya tuntun dengan mengatakan, "Cari yang bibirnya terbuka agak lebar dan kelihatan giginya!". Bisa sudah dipancing begitu, biasanya Nisa langsung terampil mengambil gambar-gambar orang yang sedang tersenyum.