Minggu, 18 November 2012

Kesehatan Reproduksi (Kespro) Sejak Dini

Dua minggu lalu saya diminta seorang teman lama untuk jadi pembicara dalam dasa wisma dengan tema edukasi seks. Ngomong-ngomong soal edukasi seks, saya sebetulnya kurang sepakat menggunakan istilah ini karena akan menimbulkan banyak kerancuan. Namun, mau bagaimana lagi, istilah 'edukasi seks' tampaknya sudah familiar di kalangan masyarakat dan memang benar, ketika mendengar istilah 'pendidikan seks' orangtua cenderung berpikir bahwa hal ini merupakan suatu pelajaran tentang seks.

Padahal bukan. Di Barat, istilah edukasi seks memang pada akhirnya gagal dalam menjalankan fungsinya dan  diasumsikan pada 'bagaimana cara melakukan seks yang aman'. Namun, akan menimbulkan masalah ketika itu dilakukan di Indonesia meski pada kenyataannya memang hal ini sudah salah kaprah.

Banyak fakta menunjukkan bahwa banyak kejahatan seks yang terjadi pada anak-anak. Dalam pertemuan malam itu, banyak orangtua yang berbagi cerita tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi anak-anak antara lain; anak-anak yang mendapat info tentang seks dari orang lain, kejahatan seks yang dilakukan tetangga, remaja-remaja yang ingin tahu tentang seks, dan bagaimana sebaiknya menyampaikan masalah kesehatan reproduksi pada anak.

Jadi apa sih sebenarnya 'seks' itu?
Seks merupakan jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis.

Apa itu kesehatan reproduksi?
Kesehatan reproduksi merupakan suatu proses yang integratif dengan memadukan pengetahuan biologis, nilai moral, aspek psikologis, dan landasan agama. Jadi bisa dikatakan bahwa kesehatan reproduksi (kespro) merupakan antisipasi atau upaya agar anak bertanggungjawab pada kesehatan reproduksinya sejak dini.

Kenapa kespro penting?
Masalah kesehatan reproduksi ini menjadi penting agar anak-anak bertanggung jawab pada kesehatan reproduksinya serta mengantisipasi lingkungan sosial masyarakat yang menawarkan perihal seks hanya sebatas komoditi. Seperti kita tahu bahwa pesatnya teknologi berakibat pada banyaknya persediaan informasi tanpa saringan usia. Tak ada batasan untuk mengakses informasi melalui media televisi/internet. Anak-anak lebih mudah terkena imbasnya dan orangtua sebaiknya memang tidak tinggal diam.

Kenapa diberikan sejak dini?
Untuk menekan laju angka penderita penyakit kelamin, tindakan aborsi pada remaja yang bisa mengakibatkan kematian, serta mencegah perilaku penyimpangan seksual.

Bagaimana penyampaian yang tepat?
Ada beberapa poin penting. Pertama, mengenalkan perbedaan lawan jenis. Bahwa ada laki-laki dan perempuan. Kedua, memperkenalkan organ seks seperti memperkenalkan organ-organ yang lain pada tubuh anak. Jangan sampai anak tidak mengenali organ seksnya karena hal ini dapat menimbulkan kebingungan ketika sesuatu terjadi pada organ seksnya. Pada banyak kasus, anak-anak yang jadi korban kejahatan seksual seringkali tidak bisa menceritakan apa yang dialaminya karena mereka tidak mengenal nama organ seksnya serta diancam pelaku. Ketiga, menghindarkan anak dari kemungkinan pelecehan dengan memberitahu bahwa tidak semua orang boleh menyentuh organ seksnya, anak boleh berteriak atau menolah ketika orang lain menyentuh organ seksnya. Sampaikan dengan bahasa yang khas untuk anak-anak, jangan terkesan menggurui dan marah. Serta sesuaikan dengan perkembangan usia.

Acara malam itu berlangsung seru dan interaktif. Bapak-bapak maupun ibu-ibu banyak yang bertanya pada saya. Kebanyakan mengeluhkan tayangan televisi yang menyajikan tayangan-tayangan sampah, juga ketidakmampuan orangtua mengontrol kegiatan anak-anak terutama yang terkait dengan gadget. Solusi dari saya sederhana; komunikasi yang berkualitas dengan anak-anak, luangkan waktu untuk anak-anak, dan jadilah sahabat mereka.
  1. Komunikasi yang berkualitas dengan anak-anak itu penting. Banyak orangtua yang melewatkan hal ini karena terlalu sibuk bekerja. Sebetulnya berkomunikasi dengan anak-anak itu mudah ketika kita sering melakukannya. Tanyakan apa saja yang dilakukan dia saat bermain di luar rumah. Tak lantas bertanya seperti menghakimi. Pertanyaan bisa diawali dengan duduk bersama di teras sambil mengunyah cemilan. Orangtua boleh menceritakan aktivitasnya di kantor lebih dulu, misal "Oh ya, tadi papa rapat sampai sore, capek sekali. Kamu tadi main sama siapa? Ngapain aja?"
  2. Luangkan waktu untuk anak-anak untuk mengantisipasi anak berkegiatan sendiri tanpa pengawasan misal terlalu banyak bermain hape atau menonton televisi sendiri. Anak-anak usia 1-5 tahun merupakan masa di mana perkembangan motorik anak sedang berlangsung pesat. Ada baiknya anak-anak bermain fisik seperti berkejar-kejaran, bersepeda, atau permainan-permainan yang melibatkan alam dan interaksi sosial. Mengawasi anak-anak bermain di sore hari akan lebih baik daripada membiarkan anak-anak menonton televisi/bermain hp dalam rumah.
  3. Jadilah sahabat bagi anak-anak agar mereka tak segan bercerita dan berbagi apa saja dengan Anda. Hal ini memudahkan orangtua memantau anak-anak dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik pada mereka.
Oke, kira-kira itu yang bisa saya bagi. Semoga bermanfaat.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar