Senin, 07 Januari 2013

Si Sulung Regresi?

Kelahiran saudara kandung bukan hal sepele bagi anak-anak. Apalagi bila jarak usia tidak begitu jauh. Idealnya jarak kelahiran adalah empat atau lima tahun. Jarak kelahiran yang lebih dekat dari itu biasanya menimbulkan 'masalah' bila kelahiran adik tidak dipersiapkan dengan baik.

Seorang teman baik tiba-tiba mengajak saya ngobrol tentang anak perempuannya yang cengeng. Hubungan dengan adiknya baik, meski kadang-kadang mereka terlibat permusuhan sengit. Si kakak lebih sering menangis dan minta perlindungan pada ibu. Regresi tampak lebih jelas di tahun-tahun belakangan ini.

Kenapa sih kakak menjadi regresi? Karena kakak melihat perilaku orangtua yang cenderung melindungi adik yang secara biologis masih lemah (sebagai anak yang lebih muda). Kakak yang merasa cemburu akhirnya berusaha mencari perhatian dengan menjadi sosok yang lemah agar orangtua melindunginya. Cara menjadi lemah bisa bermacam-macam; bisa lebih cengeng dari sebelumnya, enuresis (ngompol), atau menjadi penakut. Hal-hal tersebut secara tidak sadar terjadi karena kebutuhan untuk dilindungi dan disayangi tinggi.

Menjadi anak sulung adalah kegagalan menjadi anak tunggal. Umumnya, anak sulung  dihujani  limpahan kasih sayang dari seluruh keluarga. Kehadiran adik-adik adalah mimpi buruk bagi anak-anak sulung. Apalagi ketika kehadiran adik berlangsung lebih cepat dari idealnya sehingga kakak harus berbagi banyak hal. 

Ada beberapa tips dari saya untuk mengantisipasi mencoloknya persaingan antar saudara kandung:
  1. Kenalkan adik selama masih dalam kandungan bahwa nantinya adik akan menjadi anggota dalam keluarga. Beri si sulung motivasi untuk menjadi kakak yang baik. Terus dukung untuk lebih mandiri. Ini tidak mudah. Ibu mungkin sibuk dengan kehamilannya, ayah sibuk bekerja, dan anak sulung tiba-tiba merasa kesepian.
  2. Jangan melulu menyalahkan kakak sebagai anak yang lebih besar ketika terjadi pertengkaran. Belum tentu segala insiden persaudaraan disebabkan oleh anak sulung. Kesalahan memberikan dakwaan, akan membuat anak sulung merasa tidak lagi diperhatikan. Dan 'dendam' muncul untuk adiknya.
  3. Jembatani interaksi kakak adik dengan permainan-permainan kerjasama, agar tidak ada persaingan. Rancanglah permainan yang bisa dilakukan bersama ketika adik sudah mulai besar. 
  4. Jangan membandingkan, misalnya menyebut adik lebih pintar dari kakak, baik di depan keduanya maupun orang lain. Semua anak punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. 
  5. Bersahabatlah dengan kakak, berikan perhatian yang lebih besar dari sebelumnya (sebelum punya adik). 


6 komentar:

  1. uhuk! saya tau siapa teman baik yang curhat ituh... >,<

    Makasih banget ya pim... menjadi ibu itu sama sekali bukan pekerjaan gampang. Bahkan kalo boleh milih mending aku dikejar2 deadline kantor deh :))) ... tapi kebahagiaan menjadi ibu itu melebihi kebahagiaan nyelesaiin deadline. Jadi yahhh... doakan saja yah... dan jangan capek menjawab pertanyaan-pertanyaanku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaa.. makasih buat curhatnya mbak, jd ada bahan untuk dibagi ke emak-emak lain :p semangat!!! \m/

      Hapus
  2. Mumpung belum ngasih adik ke si kecil, wajib di baca inih ^___^
    Makasih ya mbak sharingnya :)

    BalasHapus
  3. hihihi.. penting nih mumpung belum hamil lagi :D.. thx for sharing ya mba Pim :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha sama-sama Mbak.. Cepetan hamil lagi ya :p

      Hapus