Jumat, 04 Januari 2013

Memahami Emosi


Minggu-minggu ini saya mengajak Nisa untuk belajar membaca emosi. Kenapa harus belajar membaca emosi? Karena anak-anak penyandang autis seperti Nisa menganggap 'wilayah emosi' sebagai tempat yang tidak terdaftar dalam kehidupan mereka. Mereka jarang mengekspresikan perasaan dengan benar. Satu waktu bisa menangis sambil tertawa, lain waktu bisa tertawa sendiri hanya karena stimulus yang kita anggap 'tidak lucu'. Efeknya bisa sangat dahsyat ketika hal ini dibiarkan, lebih-lebih ketika mereka mulai terjun di masyarakat.

Apa saja yang saya siapkan? Potongan-potongan bergambar kepala manusia yang saya gunting dari majalah-majalah bekas. Pelbagai emosi; tertawa, cemberut, menangis, tersenyum, marah, muram, dan lain sebagainya. Kemudian saya minta Nisa untuk memilih 5 gambar orang yang sedang tertawa atau tersenyum. Tawa atau senyum pada umumnya merupakan kespresi kebahagiaan. Setelah Nisa memilih 5 gambar, kemudian saya minta dia menempelkan di buku gunting-tempelnya.

Begitulah, cukup bagus kemajuannya, meski Nisa belum sepenuhnya mengenali mana ekspresi yang menunjukkan kegembiraan. Biasanya akan saya tuntun dengan mengatakan, "Cari yang bibirnya terbuka agak lebar dan kelihatan giginya!". Bisa sudah dipancing begitu, biasanya Nisa langsung terampil mengambil gambar-gambar orang yang sedang tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar